Pages

Selasa, 05 Januari 2016

Sidang Sangha (Konsili Buddhis)

SIDANG SANGHA (KONSILI)
Setelah Buddha Parinibbana (543 SM), tiga bulan kemudian atas prakarsa Y.A Maha Kassapa Thera diadakan Sidang Agung Sangha (Sangha Samaya). dengan alasan untuk menyatukan ajaran Buddha yang tersebar di seluruh Jambudipa. sidang sangha ini dilatarbelakangi juga oleh ucapan Bhikkhu Subaddha yang dipandang dapat memecah belah keutuhan ajaran. setelah melalui beberapa pertimbangan maka tercapailah kesepakatan untuk mengadakan sidang sangha.

Sidang Agung I (Konsili I)

Sidang Agung I diadakan pada tahun 543 SM (3 bulan setelah bulan Mei) dan berlangsung selama 2 bulan. Sidang ini dipimpin oleh YA. Maha Kassapa dan dihadiri oleh 500 orang Bhikkhu yang semuanya Arahat. Sidang diadakan di Goa Satapani di kota Rajagaha. Sponsor sidang agung ini adalah Raja Ajatasatu.
Tujuan dari sidang pertama ini adalah untuk menghimpun ajaran Sang Buddha yang diajarkan kepada orang yang berlainan, di tempat yang berlainan dan dalam waktu yang berlainan. Mengulang Dhamma dan Vinaya agar ajaran Sang Buddha tetap murni, kuat, melebihi ajaran-ajaran lainnya. Y.A. Upali mengulang Vinaya dan Y.A. Ananda mengulang Dhamma. Poin yang terpenting yaitu:
  • Diadakan pada tahun 543 SM (3 bulan setelah bulan Mei), berlangsung selama 2 bulan
  • Dipimpin oleh YA.Maha Kassapa dan dihadiri oleh 500 orang Bhikkhu yang semuanya Arahat.
  • Sidang diadakan di Goa Satapani di kota Rajagaha.
  • Sponsor sidang agung ini adalah Raja Ajatasatu.
Tujuan Sidang:
·         Menghimpun Ajaran Sang Buddha yang diajarkan kepada orang yang berlainan, di tempat yang berlainan dan dalam waktu yang berlainan.
·         Mengulang Dhamma dan Vinaya agar Ajaran Sang Buddha tetap murni, kuat, melebihi ajaran-ajaran lainnya. Y.A. Upali mengulang Vinaya dan Y.A. Ananda mengulang Dhamma.
Kesimpulan/Hasil Konsili I:
·         Sangha tidak akan menetapkan hal-hal mana yang perlu dihapus dan hal-hal mana yang harus dilaksanakan, juga tidak akan menambah apa-apa yang telah ada.
·         Mengadili Y.A. Ananda karena :
1.      Tidak memohon agar Sang Buddha hidup selama satu Kalpa
2.      Mengijinkan/Mengusulkan kepada Buddha agar wanita bisa masuk ke dalam sangha
3.      Tidak menanyakan 10 vinaya kecil yang boleh dihapus
4.      Mengijinkan Umat awam untuk menghormat lebih dulu kepada jenazah Sang Buddha
·         Memberikan hukuman brahmadanda (pengucilan) kepada Bhikkhu Chana
·         Agama Buddha masih utuh.
Keterangan : sebelum sidang dilaksanakan bhikkhu Ananda belum mencapai arahat, tetapi beliau merupakan pembantu tetap Buddha selama 25 tahun jadi dipandang mengetahui lebih dari separo ajaran Buddha. pada malammenjelang sidang dimulai bhikkhu Ananda karena ketekunan dan didorong semangat beliau mencapai tataran Arahat.

Sidang Agung II (Konsili II)

Sidang Agung II diadakan pada tahun 443 SM (100 tahun sesudah yang I) dan berlangsung selama 4 bulan. Dipimpin oleh YA. Revata dan dibantu oleh YA. Yasa serta dihadiri oleh 700 Bhikkhu. Sidang diadakan di Vesali. Sponsor sidang agung ini adalah Raja Kalasoka.
Sidang kedua ini diadakan karena sekelompok Bhikkhu Sangha (Mahasanghika) menghendaki untuk memperlunak Vinaya yang sangat keras (tetapi gagal).
Dalam sidang kedua ini kesalahan-kesalahan Bhikkhu-Bhikkhu dari suku Vajjis yang melangggar pacittiya dibicarakan, diakui bahwa mereka telah melanggar Vinaya dan 700 Bhikkhu yang hadir menyatakan setuju. Pengulangan Vinaya dan Dhamma, yang dikenal dengan nama "Satta Sati" atau "Yasathera Sanghiti" karena Bhikkhu Yasa dianggap berjasa dalam bidang pemurnian Vinaya. Poin yang terpenting yaitu:
  • Diadakan pada tahun 443 SM (100 tahun sesudah yang I), berlangsung selama 4 bulan. 
  • Latar belakang : dikarenakan ada sekelompok Bhikkhu yang ingin merubah vinaya dengan menghilangkan 10 vinaya kecil yang disebutkan bhikkhu Ananda boleh dirubah pada sidang Sangha I
  • Dipimpin oleh YA. Revata dan dibantu oleh YA. Yasa serta dihadiri oleh 700 Bhikkhu.
  • Sidang diadakan di Vesali
  • Sponsor sidang agung ini adalah Raja Kalasoka.
Tujuan Sidang:
·         Menyatukan Sekelompok Bhikkhu Sangha (Mahasanghika) yang menghendaki untuk memperlunak Vinaya yang sangat keras (tetapi gagal).
Kesimpulan/Hasil Konsili II:
·         Kesalahan-kesalahan Bhikkhu-Bhikkhu dari suku Vajjis yang melangggar pacittiya dibicarakan, diakui bahwa mereka telah melanggar Vinaya dan 700 Bhikkhu yang hadir menyatakan setuju.
·         Pengulangan Vinaya dan Dhamma, yang dikenal dengan nama "Satta Sati" atau "Yasathera Sanghiti" karena Bhikkhu Yasa dianggap berjasa dalam bidang pemurnian Vinaya.
Keterangan: Pada akhir penyelenggaraan Sangha terpecah menjadi dua kelompok, Mahasangika dan Staviravada

Sidang Agung III (Konsili III)

Diadakan pada tahun +/- 313 SM (230 tahun setelah sidang I). Dipimpin oleh Y.A. Tissa Moggaliputta. Sidang diadakan di Pataliputta. Sponsor Sidang Agung ini adalah Raja Asoka dari Suku Mauriya.
Tujuan sidang ini adalah untuk menertibkan perbedaan pendapat yang mengaktifkan perpecahan Sangha. Memeriksa dan menyempurnakan Kitab Suci Pali (memurnikan Ajaran Sang Buddha). Raja Asoka meminta agar para Bhikkhu mengadakan upacara Uposatha setiap bulan, agar Bhikkhu Sangha bersih dari oknum-oknum yang bermaksud tidak baik.
Sidang ini menghasilkan keputusan untuk menghukum Bhikkhu-Bhikkhu selebor. Ajaran Abhidhamma diulang tersendiri oleh Y.A. Maha Kassapa, sehingga lengkaplah pengertian Tipitaka (Vinaya, Sutta, dan Abhidhamma). Jadi pengertian Tipitaka mulai lengkap (timbul) pada Konsili III. Y.A. Tissa memilih 10.000 orang Bhikkhu Sangha yang benar-benar telah memahami Ajaran Sang Buddha untuk menghimpun Ajaran tersebut menjadi Tipitaka dan perhimpunan tersebut berlangsung selama 9 bulan.
Pada saat itu Sangha sudah terpecah dua, yaitu : Theravãda (Sthaviravada) dan Mahasanghika. Sementara itu ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa pada Konsili III ini bukan merupakan konsili umum, tetapi hanya merupakan suatu konsili yang diadakan oleh Sthaviravada.
  • Diadakan pada tahun +/- 313 SM (230 tahun setelah sidang I).
  • Dipimpin oleh Y.A. Tissa Moggaliputta.
  • Sidang diadakan di Pataliputta.
  • Sponsor Sidang Agung ini adalah Raja Asoka dari Suku Mauriya.
Latar Belakang Sidang:
·         Menertibkan perbedaan pendapat yang mengaktifkan perpecahan Sangha.
·         Memeriksa dan menyempurnakan Kitab Suci Pali (memurnikan Ajaran Sang Buddha).
·         Raja Asoka meminta agar para Bhikkhu mengadakan upacara Uposatha setiap bulan, agar Bhikkhu Sangha bersih dari oknum-oknum yang bermaksud tidak baik.
Kesimpulan / Hasil Konsili III:
  • Menghukum Bhikkhu-Bhikkhu gadungan.
  • Ajaran Abhidhamma diulang tersendiri oleh Y.A. Maha Kassapa, sehingga lengkaplah pengertian Tipitaka (Vinaya,Sutta, dan Abhidhamma). Jadi pengertian Tipitaka mulai lengkap (timbul) pada Konsili III.
  • Y.A. Tissa memilih 10.000 orang Bhikkhu Sangha yang benar-benar telah memahami Ajaran Sang Buddha untuk menghimpun Ajaran tersebut menjadi Tipitaka dan perhimpunan tersebut berlangsung selama 9 bulan.
  • Keterangan:
  • Pada saat itu Sangha sudah terpecah dua, yaitu : Theravãda (Sthaviravada) dan Mahasanghika.
  • Sementara itu ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa pada Konsili III ini bukan merupakan konsili umum, tetapi hanya merupakan suatu konsili yang diadakan oleh Sthaviravada.

Sidang Agung IV (Konsili IV)

Diadakan pada masa pemerintahan Raja Vattagamani Abhaya (tahun 101 - 77 SM). Dipimpin oleh Y.A. Rakhita Mahathera dan dihadiri oleh +/- 500 Bhikkhu. Sidang diadakan di Alu Vihara (Aloka Vihara) di Desa Matale.
Tujuan dari sidang keempat ini adalah mencari penyelesaian karena melihat terjadinya kemungkinan-kemungkinan yang mengancam Ajaran-ajaran dan kebudayaan-kebudayaan Agama Buddha oleh pihak-pihak lain.
Keputusan sidang ini adalah supaya Tipitaka disempurnakan komentar dan penjelasannya serta menuliskan Tipitaka dan komentarnya di atas daun lontar.
Konsili ini diakui sebagai konsili yang ke IV oleh sekte Theravãda.
  • Diadakan pada masa pemerintahan Raja Vattagamani Abhaya (tahun 101 - 77 SM).
  • Dipimpin oleh Y.A. Rakhita Mahathera dan dihadiri oleh +/- 500 Bhikkhu.
  • Sidang diadakan di Alu Vihara (Aloka Vihara) di Desa Matale.
  • Tujuan Sidang:
  • Mencari penyelesaian karena melihat terjadinya kemungkinan-kemungkinan yang mengancam Ajaran-ajaran dan kebudayaan-kebudayaan Agama Buddha oleh pihak-pihak lain.
Kesimpulan / Hasil Konsili IV:
·         Mengulang Tipitaka.
·         Menyempurnakan komentar Tipitaka.
·         Menuliskan Tipitaka dan komentarnya untuk pertama kali di atas daun lontar.dengan tujuan agar generasi mendatang mengetahui kemurnian Dhamma dan Vinaya
·         Keterangan : Konsili ini diakui sebagai konsili yang ke IV oleh sekte Theravãda.

Sidang Agung  V (Konsili Sangha Kelima)
·         Diadakan di Mandalay (Burma) pada permulaan abad keduapuluhlima sesudah Sang Buddha wafat (tahun 1871) dengan bantuan Raja Mindon.
·         Kejadian penting waktu itu adalah Kitab Suci Tipitaka (Pali) diprasastikan pada 727 buah lempengan marmer (batu pualam) dan diletakkan di bukit Mandalay

Sidang Agung VI (Konsili Sangha Keenam)
·         Diadakan di Rangoon pada hari Vesakha Puja tahun Buddhis 2498 dan berakhir pada tahun Buddhis 2500 (tahun 1956 Masehi).

·         Mulai saat itu penterjemahan Kitab Suci Tipitaka (Pali) mulai digiatkan ke dalam beberapa bahasa Barat

1 komentar: