Pages

Selasa, 29 Desember 2015

Review Game: DOTA 2

dota 2


Sebuah mod yang berhasil menarik hati jutaan gamer di seluruh dunia, Defense of The Ancients (DOTA) memang menjadi fenomena tersendiri. Mengubah mekanik awal yang ditawarkan oleh Warcraft III, IceFrog menyuntikkan sensasi RPG yang lebih kental dengan membawa pertempuran hero sebagai fokus utama. Tidak lagi harus dipusingkan dengan strategi membangun unit, gamer kini dibawa dalam mode PvP yang cepat, intens, dan pastinya – memacu adrenalin. Berfokus membangun karakter dengan perannya masing-masing dan memainkan peran terbaik dalam pertempuran tim, DOTA bahkan diakui sebagai salah satu game kompetitif yang seringkali dipertandingkan di kancah internasional. Tidak salah jika Valve tertarik untuk mengakuisisi nama yang satu ini.

Perjalanan akuisisi Valve atas nama DOTA memang bukan perkara mudah. Sempat mengalami konflik dengan Blizzard sebagai pemilik Warcraft III, perseteruan ini untungnya berakhir damai. Valve berkesempatan untuk terus melanjutkan terus proyek ambisius ini, menawarkan berbagai modifikasi di sisi visual dan tentu saja mekanik gameplay yang lebih seimbang. Memasuki proses beta dan berhasil menjaring ratusan ribu gamer selama proses ini, Valve akhirnya siap untuk keluar dari fase yang satu ini. Setahun sejak rilis betanya, Valve akhirnya secara resmi merilis DOTA 2 secara bebas kepada publik. Sembari memastikan proses peralihan ini tidak akan mengganggu pengalaman mereka yang sudah masuk ke dalam masa beta, DOTA 2 akhirnya terbuka bagi setiap gamer lewat sistem F2P yang ia usung.

Mengingat masa beta yang sudah berakhir dan eksistensinya sebagai sebuah game resmi yang terbuka secara komersil, ini menjadi momen yang tepat bagi JagatPlay untuk melemparkan beberapa impresi yang sempat kami tangkap, tentu saja – selama setahun terakhir ini. Apa saja yang berubah? Menjadi lebih baik atau lebih buruk? Atau ia masih belum mampu menundukkan popularitas DOTA pertama?


Beradaptasi dengan Sisi Visual yang Baru


Perombakan di sisi visual tampil tak ubahnya pedang bermata dua. Di satu sisi, ia menawarkan kualitas grafis yang lebih modern mengikuti perkembangan zaman. Namun di sisi lain, gamer dituntut untuk kembali beradaptasi dengan animasi gerak dan skill yang tentu saja krusial dalam pertempuran.

Urusan hak dagang atas nama memang memaksa Valve untuk melakukan beberapa penyesuaian, mengingat versi pertama DOTA memang dibangun dari model karakter dari beberapa game ikonik Blizzard – dari Warcraft III hingga Starcraft. Untuk memastikan game MOBA teranyar mereka ini tidak terus melewati proses hukum, Valve akhirnya mengubah beberapa aspek yang signifikan, terutama di sisi kosmetik.

Salah satu yang paling signifikan adalah perubahan model karakter yang digunakan. Walaupun hadir dengan model karakter yang jauh berbeda dengan lebih halus, Anda tetap dapat menemukan beberapa ciri utama karakter yang tetap dipertahankan dari seri pertamanya. Konsep ini mempermudah para gamer DOTA pertama untuk menyesuaikan diri dengan cepat, terutama mereka yang belum familiar dengan desain baru hero yang ada. Tidak hanya dari model karakter, Valve juga menyuntikkan nama yang lebih “umum” untuk mencegah permasalahan lebih jauh.

Perubahan visualisasi ini juga diterapkan untuk beragam desain item dan persenjataan yang ditawarkan di toko. Memang butuh waktu lebih lama bagi para gamer pendatang baru ataupun mereka yang sempat mencicipi DOTA pertama untuk menguasai aspek ini lebih dalam. Tidak hanya sekedar mempelajari desain item dan resep yang untungnya, sedikit terbantu dari penjelasan yang tetap disertakan ketika Anda melakukan hover di setiap item yang ada, Anda juga mulai harus menghafal kembali lokasi item yang kini ditempatkan dalam pengakategorian yang berbeda. Setiap hero juga akan hadir dengan rekomendasi item untuk memaksimalkan kemampuan terbaiknya, membantu para pendatang baru untuk lebih dapat menguasai game ini dengan lebih cepat.

Animasi yang berbeda juga menuntut Anda untuk kembali menyesuaikan timing dalam pertempuran.

Perubahan visualisasi berarti juga berpengaruh langsung pada animasi gerak setiap karakter yang ada. Tidak berpengaruh besar bagi para pemain DOTA yang baru, namun perubahan animasi ini akan memaksa para pemain veteran untuk menyesuaikan ritme gameplay kembali. Sementara mereka yang tumbuh besar bersama dengan game MOBA yang lain, DOTA 2 mungkin akan terasa lebih lambat. Mengapa animasi sangat signifikan? Karena animasi gerak dan serangan akan sangat menentukan seberapa baik Anda tampil dalam DOTA 2. Anda menjadikanya sebagai pondasi untuk melakukan creeping yang efektif dan tentu saja, melakukan kombinasi skill yang lebih mumpuni.

Valve mungkin menyempurnakan sisi visual  untuk DOTA 2 untuk memastikan seri ini mampu tampil dengan teknologi dan kualitas yang lebih terkini. Namun di sisi lain, kehadiran fitur ini tentu saja memaksa gamer untuk melakukan beberapa penyesuaian penting – terutama mereka yang sempat mencicipi DOTA pertama. Sementara bagi para pendatang baru di genre MOBA dan menjadikan DOTA 2 sebagai pilihan pertama dan hadir tanpa pengetahuan, perubahan di sisi visual ini tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan.

Source : http://jagatplay.com/2013/07/pc-2/review-dota-2-versi-yang-lebih-sempurna/

0 komentar:

Posting Komentar