SIDANG
SANGHA (KONSILI)
Setelah Buddha Parinibbana (543
SM), tiga bulan kemudian atas prakarsa Y.A Maha Kassapa Thera diadakan Sidang
Agung Sangha (Sangha Samaya). dengan alasan untuk menyatukan ajaran Buddha yang
tersebar di seluruh Jambudipa. sidang sangha ini dilatarbelakangi juga oleh
ucapan Bhikkhu Subaddha yang dipandang dapat memecah belah keutuhan ajaran.
setelah melalui beberapa pertimbangan maka tercapailah kesepakatan untuk
mengadakan sidang sangha.
Sidang Agung I
(Konsili I)
Sidang Agung I diadakan pada tahun 543 SM
(3 bulan setelah bulan Mei) dan berlangsung selama 2 bulan. Sidang ini dipimpin
oleh YA. Maha
Kassapa dan dihadiri oleh 500 orang Bhikkhu yang semuanya Arahat. Sidang diadakan di Goa
Satapani di kota Rajagaha.
Sponsor sidang agung ini adalah Raja Ajatasatu.
Tujuan dari sidang pertama ini adalah untuk menghimpun ajaran
Sang Buddha yang diajarkan kepada orang yang berlainan, di tempat yang
berlainan dan dalam waktu yang berlainan. Mengulang Dhamma dan Vinaya agar ajaran Sang
Buddha tetap murni, kuat, melebihi ajaran-ajaran lainnya. Y.A. Upali
mengulang Vinaya dan Y.A. Ananda mengulang Dhamma. Poin yang terpenting yaitu:
- Diadakan pada tahun 543 SM (3 bulan setelah bulan Mei),
berlangsung selama 2 bulan
- Dipimpin oleh YA.Maha Kassapa dan dihadiri oleh 500
orang Bhikkhu yang semuanya Arahat.
- Sidang diadakan di Goa Satapani di kota Rajagaha.
- Sponsor sidang agung ini adalah Raja Ajatasatu.
Tujuan Sidang:
·
Menghimpun Ajaran Sang Buddha yang
diajarkan kepada orang yang berlainan, di tempat yang berlainan dan dalam waktu
yang berlainan.
·
Mengulang Dhamma dan Vinaya agar
Ajaran Sang Buddha tetap murni, kuat, melebihi ajaran-ajaran lainnya. Y.A.
Upali mengulang Vinaya dan Y.A. Ananda mengulang Dhamma.
Kesimpulan/Hasil Konsili I:
·
Sangha tidak akan menetapkan hal-hal
mana yang perlu dihapus dan hal-hal mana yang harus dilaksanakan, juga tidak
akan menambah apa-apa yang telah ada.
·
Mengadili Y.A. Ananda karena :
1.
Tidak memohon agar Sang Buddha hidup
selama satu Kalpa
2.
Mengijinkan/Mengusulkan kepada
Buddha agar wanita bisa masuk ke dalam sangha
3.
Tidak menanyakan 10 vinaya kecil
yang boleh dihapus
4.
Mengijinkan Umat awam untuk
menghormat lebih dulu kepada jenazah Sang Buddha
·
Memberikan hukuman brahmadanda
(pengucilan) kepada Bhikkhu Chana
·
Agama Buddha masih utuh.
Keterangan : sebelum sidang dilaksanakan bhikkhu Ananda
belum mencapai arahat, tetapi beliau merupakan pembantu tetap Buddha selama 25
tahun jadi dipandang mengetahui lebih dari separo ajaran Buddha. pada
malammenjelang sidang dimulai bhikkhu Ananda karena ketekunan dan didorong
semangat beliau mencapai tataran Arahat.
Sidang Agung II
(Konsili II)
Sidang Agung II diadakan pada tahun 443 SM (100 tahun sesudah yang I) dan
berlangsung selama 4 bulan. Dipimpin oleh YA. Revata
dan dibantu oleh YA. Yasa
serta dihadiri oleh 700 Bhikkhu. Sidang diadakan di Vesali.
Sponsor sidang agung ini adalah Raja Kalasoka.
Sidang kedua ini diadakan karena sekelompok Bhikkhu Sangha (Mahasanghika)
menghendaki untuk memperlunak Vinaya yang sangat keras
(tetapi gagal).
Dalam
sidang kedua ini kesalahan-kesalahan Bhikkhu-Bhikkhu dari suku Vajjis
yang melangggar pacittiya
dibicarakan, diakui bahwa mereka telah melanggar Vinaya dan 700 Bhikkhu yang
hadir menyatakan setuju. Pengulangan Vinaya dan Dhamma, yang dikenal
dengan nama "Satta
Sati" atau "Yasathera
Sanghiti" karena Bhikkhu Yasa
dianggap berjasa dalam bidang pemurnian Vinaya. Poin yang terpenting yaitu:
- Diadakan
pada tahun 443 SM (100 tahun sesudah yang I), berlangsung selama 4
bulan.
- Latar
belakang : dikarenakan ada sekelompok Bhikkhu yang ingin merubah vinaya
dengan menghilangkan 10 vinaya kecil yang disebutkan bhikkhu Ananda boleh
dirubah pada sidang Sangha I
- Dipimpin
oleh YA. Revata dan dibantu oleh YA. Yasa serta dihadiri oleh 700 Bhikkhu.
- Sidang
diadakan di Vesali
- Sponsor
sidang agung ini adalah Raja Kalasoka.
Tujuan Sidang:
·
Menyatukan Sekelompok Bhikkhu Sangha
(Mahasanghika) yang menghendaki untuk memperlunak Vinaya yang sangat keras
(tetapi gagal).
Kesimpulan/Hasil Konsili II:
·
Kesalahan-kesalahan Bhikkhu-Bhikkhu
dari suku Vajjis yang melangggar pacittiya dibicarakan, diakui bahwa mereka
telah melanggar Vinaya dan 700 Bhikkhu yang hadir menyatakan setuju.
·
Pengulangan Vinaya dan Dhamma, yang
dikenal dengan nama "Satta Sati" atau "Yasathera Sanghiti"
karena Bhikkhu Yasa dianggap berjasa dalam bidang pemurnian Vinaya.
Keterangan: Pada akhir
penyelenggaraan Sangha terpecah menjadi dua kelompok, Mahasangika dan
Staviravada
Sidang Agung III
(Konsili III)
Diadakan pada tahun +/- 313 SM (230 tahun setelah sidang I).
Dipimpin oleh Y.A. Tissa
Moggaliputta. Sidang diadakan di Pataliputta.
Sponsor Sidang Agung ini adalah Raja Asoka
dari Suku Mauriya.
Tujuan sidang ini adalah untuk menertibkan perbedaan pendapat
yang mengaktifkan perpecahan Sangha. Memeriksa dan menyempurnakan Kitab Suci
Pali (memurnikan Ajaran Sang Buddha). Raja Asoka meminta agar para Bhikkhu mengadakan
upacara Uposatha
setiap bulan, agar Bhikkhu Sangha bersih dari oknum-oknum yang bermaksud tidak
baik.
Sidang
ini menghasilkan keputusan untuk menghukum Bhikkhu-Bhikkhu selebor. Ajaran Abhidhamma
diulang tersendiri oleh Y.A. Maha
Kassapa, sehingga lengkaplah pengertian Tipitaka (Vinaya, Sutta,
dan Abhidhamma).
Jadi pengertian Tipitaka mulai lengkap (timbul) pada Konsili III. Y.A. Tissa
memilih 10.000 orang Bhikkhu Sangha yang benar-benar telah memahami Ajaran Sang
Buddha
untuk menghimpun Ajaran tersebut menjadi Tipitaka dan perhimpunan tersebut
berlangsung selama 9 bulan.
Pada saat itu Sangha sudah terpecah dua, yaitu : Theravãda (Sthaviravada)
dan Mahasanghika.
Sementara itu ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa pada Konsili III ini bukan
merupakan konsili umum, tetapi hanya merupakan suatu konsili yang diadakan oleh
Sthaviravada.
- Diadakan
pada tahun +/- 313 SM (230 tahun setelah sidang I).
- Dipimpin
oleh Y.A. Tissa Moggaliputta.
- Sidang
diadakan di Pataliputta.
- Sponsor
Sidang Agung ini adalah Raja Asoka dari Suku Mauriya.
Latar Belakang Sidang:
·
Menertibkan perbedaan pendapat yang
mengaktifkan perpecahan Sangha.
·
Memeriksa dan menyempurnakan Kitab
Suci Pali (memurnikan Ajaran Sang Buddha).
·
Raja Asoka meminta agar para Bhikkhu
mengadakan upacara Uposatha setiap bulan, agar Bhikkhu Sangha bersih dari
oknum-oknum yang bermaksud tidak baik.
Kesimpulan / Hasil Konsili III:
- Menghukum Bhikkhu-Bhikkhu gadungan.
- Ajaran Abhidhamma diulang tersendiri oleh Y.A. Maha
Kassapa, sehingga lengkaplah pengertian Tipitaka (Vinaya,Sutta, dan
Abhidhamma). Jadi pengertian Tipitaka mulai lengkap (timbul) pada Konsili
III.
- Y.A. Tissa memilih 10.000 orang Bhikkhu Sangha yang
benar-benar telah memahami Ajaran Sang Buddha untuk menghimpun Ajaran
tersebut menjadi Tipitaka dan perhimpunan tersebut berlangsung selama 9
bulan.
- Keterangan:
- Pada saat itu Sangha sudah terpecah dua, yaitu :
Theravãda (Sthaviravada) dan Mahasanghika.
- Sementara itu ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa
pada Konsili III ini bukan merupakan konsili umum, tetapi hanya merupakan
suatu konsili yang diadakan oleh Sthaviravada.
Sidang Agung IV
(Konsili IV)
Diadakan pada masa pemerintahan Raja Vattagamani
Abhaya (tahun 101 - 77 SM). Dipimpin oleh Y.A. Rakhita
Mahathera dan dihadiri oleh +/- 500 Bhikkhu. Sidang diadakan di Alu
Vihara (Aloka Vihara) di Desa Matale.
Tujuan dari sidang keempat ini adalah mencari penyelesaian
karena melihat terjadinya kemungkinan-kemungkinan yang mengancam Ajaran-ajaran
dan kebudayaan-kebudayaan Agama Buddha oleh pihak-pihak lain.
Keputusan sidang ini adalah supaya Tipitaka disempurnakan
komentar dan penjelasannya serta menuliskan Tipitaka dan komentarnya di atas
daun lontar.
Konsili
ini diakui sebagai konsili yang ke IV oleh sekte Theravãda.
- Diadakan
pada masa pemerintahan Raja Vattagamani Abhaya (tahun 101 - 77 SM).
- Dipimpin
oleh Y.A. Rakhita Mahathera dan dihadiri oleh +/- 500 Bhikkhu.
- Sidang
diadakan di Alu Vihara (Aloka Vihara) di Desa Matale.
- Tujuan
Sidang:
- Mencari
penyelesaian karena melihat terjadinya kemungkinan-kemungkinan yang
mengancam Ajaran-ajaran dan kebudayaan-kebudayaan Agama Buddha oleh
pihak-pihak lain.
Kesimpulan / Hasil Konsili IV:
·
Mengulang Tipitaka.
·
Menyempurnakan komentar Tipitaka.
·
Menuliskan Tipitaka dan komentarnya
untuk pertama kali di atas daun lontar.dengan tujuan agar generasi mendatang
mengetahui kemurnian Dhamma dan Vinaya
·
Keterangan : Konsili ini diakui
sebagai konsili yang ke IV oleh sekte Theravãda.
Sidang Agung V (Konsili Sangha
Kelima)
·
Diadakan di Mandalay (Burma) pada
permulaan abad keduapuluhlima sesudah Sang Buddha wafat (tahun 1871) dengan
bantuan Raja Mindon.
·
Kejadian penting waktu itu adalah Kitab
Suci Tipitaka (Pali) diprasastikan pada 727 buah lempengan marmer (batu pualam)
dan diletakkan di bukit Mandalay
Sidang Agung VI (Konsili Sangha Keenam)
·
Diadakan di Rangoon pada hari Vesakha Puja
tahun Buddhis 2498 dan berakhir pada tahun Buddhis 2500 (tahun 1956 Masehi).
·
Mulai saat itu penterjemahan Kitab Suci
Tipitaka (Pali) mulai digiatkan ke dalam beberapa bahasa Barat
:) (h)
BalasHapus